Matematika mu Matematika ku Matematika kita. Ayo melihat matematika dalam prespektif yang berbeda. Anda juga bisa mendapatkan buku gratis di sini dan topik diskusi yang menarik soal matematika.
Februari 20, 2012
PUISI MATEMATIKA: Guru Matematikaku
Ratusan insinyur teknik dari berbagai perguruan tinggi telah dilahirkan tiap tahun. Bermacam-macam pejabat pemerintahan, pejabat politik, direktur perusahaan, manajer, presiden dan semua profesi yang ada di dunia ini tentu saja harus berterimakasih kepada seorang guru. Tak terkecuali guru matematika, yang telah mengajarkan kita cara berhitung, cara berpikir analitis, dan cara berkreasi dengan matematika.
Inilah yang mengilhami Edy Suwarno membuat puisi untuk guru matematika. Dari pengamatan, sepertinya puisi tersebut dibuat sebelum ada sertifikasi guru. Karena setelah itu, tentu saja kondisinya berbeda :)
So, let's check this out...
Guru matematikaku
Oleh: Edy Suwarno
Diwajahnya ada bintik-bintik hitam (x,y)
Jerawat memang,
Tapi bukan buatan
Alis matanya rapi bukan diarsir
Bola matanya kongruen dan ekuivalen
Guru matematikaku
Tiap hari bermain angka-angka
Tapi tidak sedang menghitung gaji
Karena gajinya cukup dieja dengan lima jari
Dihubungkannya garis, kadang vertikal, sekali waktu horizontal
Tapi bukan sedang membuat sketsa rumah
Karena baginya rumah tinggal menempati
Mau tipe 21, tipe 36, atau yang RSS
Rumah sangat sempit atau rumah sedikit semen
Guru matematikaku
Dahinya terlihat jelas, garis-garis sejajar sumbu x
Suaranya lantang, lugas, setegas bilangan prima
Senyumnya lepas bilangan tak terhingga
Guru matematikaku
Giginya putih semurni bilangan asli
Dadanya bidang segitiga sama kaki
Badannya tegak vertikal
Guru matematikaku
Gajinya berbanding terbalik dengan jasanya
Jasanya berbanding senilai dengan harapan-harapannya
Ucapan dan pikirannya selalu positif
Hasilnya selalu berharga mutlak
Dikuadratkan
Menteri-menteri, ABRI-ABRI, Pegawai negeri-Pegawai negeri, Kuli-kuli...
Dan masih banyak lagi...
Masih banyak lagi...
Guru matematikaku
Bila berjalan ditundukkan kepalanya 120 derajat
Langkahnya sedikit diseret agak loyo
Maklum terlalu banyak membawa rumus
Tak senang melihat pengangguran
Diakhir pertemuan ia selalu berkata PR
Bila sedang marah ia hanya berkata
"coba hitung, sejuta pangkat seribu"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Untuk mengingat jasa sang guru
BalasHapus