Inilah kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi:
- Orang pertama masuk ke ruangan dan memegang telinganya yang lebar dan bergerak-gerak, kemudian dia menebak bahwa benda itu adalah sebuah kipas.
- Orang kedua masuk ke dalam ruangan dan berhasil memegang ekornya, kemudian dia menebak benda tersebut adalah sebuat tali.
- Orang ketiga masuk ruangan dan memegang gadingnya, kemudian dia menebak benda tersebut adalah tombak.
- Orang keempat masuk ruangan dan memegang kakinya yang kokoh, kemudian dia menebak benda tersebut adalah pohon.
- Orang kelima masuk ruangan dan memegang tubuh besarnya, kemudian dia menebak benda tersebut adalah tembok.
- Orang keenam masuk ruangan dan memegang belalai panjangnya yang bergerak-gerak, kemudian dia menebak benda tersebut adalah seekor ular.
Keenam orang tersebut yakin bahwa tebakannya BENAR! Tapi, siapakah diantara keenam orang itu yang benar? Tentu saja tidak ada yang benar, karena benda yang mereka pegang adalah sebagian kecil dari keseluruhan benda yang harus ditebak.
Begitu juga dengan matematika. Kebenaran dalam matematika adalah kebenaran universal, diakui kebenarannya oleh semua orang. Dan yang paling penting, KEBENARAN dalam matematika adalah KEBENARAN YANG KONSISTEN, yaitu suatu pernyataan dikatakan BENAR jika pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan-pernyataan pendahulunya yang telah diakui kebenarannya (aksioma).
Misalnya, kita semua sepakat bahwa jika dua buah bilangan bulat a dan b berlaku a - b > 0, maka a > b. Pernyataan tersebut diatas disebut aksioma, pernyataan yang kita sepakati bersama KEBENARANNYA. Dengan demikian kita memiliki:
AKSIOMA: jika dua buah bilangan bulat a dan b berlaku a - b > 0, maka a > b
Nah, kemudian saya bertanya pada Anda, "Apakah 8 > 7?"
Kita bisa cek dengan aksioma kita:
Karena 8 - 7 = 1, dan 1 > 0, maka sesuai dengan aksioma, pernyataan 8 > 7 bernilai BENAR.
Inilah yang disebut KEBENARAN YANG KONSISTEN!
Pernyataan 8 > 7 memang bernilai benar, tapi harus dibuktikan dulu dengan cara mengujinya apakah memenuhi aksioma atau tidak. Pernyataan yang perlu dibuktikan kebenarannya disebut teorema.
Di dalam matematika, sebuah teorema hadir dalam dua bentuk, yaitu (1) Biimplikasi dan (2) Implikasi.
Biimplikasi
Bentuk Teorema yang pertama (biimplikasi) adalah sebagai berikut
"(pernyataan A) jika dan hanya jika (pernyataan B)"
CONTOH: Misalkan x adalah bilangan bulat, maka x2 adalah bilangan genap jika dan hanya jika x bilangan genap.
Dalam bentuk ini, pernyataan A dan pernyataan B haruslah sama-sama bernilai benar, karena itu dalam dunia matematika, teorema berbentuk biimplikasi yang bernilai BENAR sering digunakan sebagai pengganti definisi/aksioma.
Implikasi
Bentuk Teorema yang kedua (implikasi) adalah sebagai berikut:
"jika (pernyataan A) maka (pernyataan B)"Seringkali matematikawan menuliskannya dengan simbol A → B. Teorema bentuk kedua ini sangat popular di luar dunia matematika. Teorema bentuk implikasi ini sering disebut juga sebagai bentuk "Sebab-Akibat", sehingga bentuknya menjadi "jika (sebab) maka (akibat)".
CONTOH: Jika Rooney bekerja keras maka ia akan kaya.
Dalam contoh diatas belum tentu berlaku sebaliknya (jika Rooney kaya maka ia bekerja keras). Bisa jadi Rooney menjadi kaya karena warisan, atau memenangkan hadiah lotre, sehingga tidak perlu bekerja keras.
Namun satu hal yang pasti, jika pernyataan B (akibat) bernilai benar, maka keseluruhan teorema itu bernilai benar, tak peduli pernyataan A (sebab) benilai benar atau tidak!
Jadi, kebenaran dalam matematika adalah kebenaran yang universal dan konsisten. Urutan kebenaran matematika adalah sebagai berikut:
aksioma (definisi) → teorema 1 → teorema 2 → ... → teorema n
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusYa Mas Hari, benar untuk masalah gajah tersebut
BalasHapusMungkin semuanya yakin benar,tapi karena benarnya itu secara khusus, bukan secara universal/keseluruhan atau umum, maka mereka salah
Seperti ketika saya mendapati
1x1=1
2x2=4
3x3=9
-3x(-3)=9
(-1/2)x(-1/2)=1/4
Lalu saya menyimpulkan Jika x elemen bilangan real, maka x kuadrat lebih besar atau sama dengan x
Rasanya benar ketika melihat contoh diatas
Tetapi ketika diambil a/b elemen bilangan rasional (yg juga merupakan elemen real)
x kuadrat jadi (a/b)kuadrat
Ternyata ketika a<b, menyebabkan a/b lebih besar daripada (a/b)kuadrat
Seperti 1/2 lebih besar dari 1/4 (1/4 adalah kuadrat dari 1/2)
Sehingga pernyataan implikasi diatas menjadi salah
Namun seringkali matematikawan pemula selalu mengambil contoh (Bukan universal) untuk menguji kebenaran pernyataan
Padahal hal tersebut adalah kesalahan fatal
Hehe... trimakasih Bung Candra
BalasHapusPola pikir yang dipakai umumnya berasal dari masa-masa SMA... saya juga awalnya punya pengalaman bgitu... Tapi, begitu mengikuti kuliahnya Bu Liliek, Bu Nenik Bu Yayuk , dan pak Eri Dani... pola pikir saya mulai berubah... Trimakasih buat para master Matematika di Universitas Airlangga :)
BalasHapus